Seperti biasa, agenda setelah acara syawalan dengan keluarga besar adalah jalan-jalan. Kali ini saya bareng beberapa teman ingin menikmati keindahan sunrise di bukit Sikunir Wonosobo yang konon merupakan salah satu tempat terbaik untuk melihat matahari terbit. Berangkat dari Jogja hari Senin (12 Agustus 2013) pukul 10.30). Awalnya mau berangkat pakai sepeda motor tapi kondisi tubuh yang tiba-tiba ngedrop dan akhirnya diputuskan untuk berangkat menggunakan dua mobil.
Karena masih dalam suasana libur lebaran maka jalan yang kami lewati sepanjang Jogja – jalan Magelang – Borobodur – Salaman – Sapuran – Kertek – Wonosobo cukup padat. Jogja – Wonosobo yang biasanya ditempuh dalam 3 jam kali ini menjadi 4 jam. Tiba di kota Wonosobo sekitar jam 14.30 dan istirahat buat makan siang di alun-alun Wonosobo.
Setelah perut kenyang perjalanan langsung dilanjutkan ke Dieng. Pemandangan yang asri sepanjang kota Wonosobo – Dieng sangat mengasyikkan, memaksa kami untuk beberapa kali berhenti sekedar buat mengabadikan dalam kamera. Setelah menempuh perjalanan sekitar 27 km dalam satu jam sampailah kami di Dieng.
Ternyata daerah Dieng sudah sangat ramai, beda dengan terakhir kali saya ke sana sekitar tahun 1999. Yang jelas obyek wisatanya sudah jauh lebih tertata, papan petunjuk arah sudah lebih lengkap dan yang pasti jumlah warung makan dan penginapan sudah jauh lebih banyak. Sampai di Dieng sekitar pukul 17.00. Awalnya kami pengen mencari spot buat menikmati sunset di area sekitar Dieng. Tapi karena kabut sudah turun akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju ke desa Sembungan yang merupakan desa terdekat dengan bukit Sikunir sekaligus konon merupakan desa tertinggi di pulau Jawa.
Sampai di gerbang desa Sikunir kami langsung ditawari homestay oleh salah seorang penduduk lokal sana yang juga merupakan anggota Pokdarwis Sembungan. Setelah melihat dua homestay yang ditawarkan akhirnya kami memilih satu homestay seharga 350 ribu buat 10 orang. Bentuknya berupa satu kamar yang cukup luas. Fasilitas yang kami dapat kasur, kamar mandi dan bebas bikin minum dan mie sepuasnya 😀 Homestay tersebut kebetulan dekat dengan warung makan sehingga kami tidak kesulitan untuk mencari makan malam di sana. Selesai makan malam sekitar jam 21.30 kami langsung istirahat mengingat besoknya sebelum shubuh kami harus berangkat ke Sikunir.
Tepat pukul 04.00 mas Afton yang merupakan pemandu kami membangunkan untuk persiapan menyaksikan sunrise di puncak Sikunir. Perjalanan dari homestay ke Sikunir sekitar 10 menit melewati jalanan berbatu yang sangat gelap. Buat yang pakai motor mesti ekstra hati-hati melewati jalan tersebut. Sampai di area parkir Sikunir ternyata suasananya sudah cukup ramai. Tertanya banyak juga yang penasaran dengan keindahan sikunir 🙂
Dari parkiran kami mesti jalan kaki mendaki menuju puncak Sikunir sekitar 30 menit. Di tengah udara yang sangat dingin –kata pemandu kami suhunya sekitar minus satu derajat– kami bersusah payah mendaki tangga demi tangga jalan setapak. Mesti beberapa kali berhenti buat istirahat dan mengambil napas. Ternyata butuh kesiapan fisik yang memadai untuk mendaki Sikunir dalam suasana ekstra dingin. Dari 10 orang rombongan kami ada satu orang yang tidak kuat dan akhirnya memutuskan turun kembali ke parkiran kendaraan.
Perjuangan ekstra mendaki sampai ke puncak Sikunir terbayar dengan keindahan landscapenya. Dari puncak Sikunir kita dapat menyaksikan tujuh gunung yaitu gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Lawu, Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Setelah menanti beberapa saat akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul juga, golden sunrise!